Passing Argumen di PHP

PHP merupakan bahasa pemrograman yang cukup mudah dan cukup menyenangkan untuk dipelajari. Anda bisa membangun aplikasi berbasis web dengan cepat dan mudah. Sejak pertama kali diperkenalkan, bahasa ini dimaksudkan untuk menghasilkan halaman-halaman web yang dinamis. Hingga saat ini, PHP banyak sekali digunakan dalam membuat aplikasi
web—baik lokal maupun Internet—dinamis dan atraktif.
PHP sendiri dibuat oleh Rasmus Lerdorf, PHP bersifat open source dan telah digunakan oleh hampir seluruh web developer di seluruh dunia, situs resmi php bisa dikunjungi di www.php.net. Karena sifatnya yang open source dan semakin banyaknya user membuat bahasa pemprogaman ini mengalami perkembangan yang sangat cepat.

PASSING BY VALUE
Argumen fungsi yang dilewatkan secara pass by value (default dalam php) berarti membuat copy dari argumen yang asli sehingga argumen asli tersebut tidak ikut berubah dengan adanya proses pada fungsi terhadap argumen tersebut.

Ketika pass-by-values terjadi, method membuat sebuah salinan dari nilai variable yang dikirimkan ke method. Walaupun demikian, method tidak dapat secara langsung memodifikasi nilai variabel pengirimnya meskipun parameter salinannya sudah dimodifikasi nilainya di dalam method.

<!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.0 Transitional//EN">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml" xml:lang="en" lang="en">
<head>
<title>Fungsi Pass By Value</title>
</head>
<body>
<p>Hasil Pengolahan Fungsi Pass By Value</p>
<?php
function jumlah($nilai) {
$nilai++;
}
$input=30;
jumlah($input);
echo $input;
?>
</body>
</html>


Simpan kode di atas dengan nama passbyval.php
Keterangan:
Pada fungsi jumlah($input); jumlah dipanggil, fungsi tersebut akan memasukkan nilai dari variabel $input kedalam argumennya, jadi disini argumen fungsi jumlah adalah 30. Selanjutnya PHP meng-copy nilai asli tersebut, kemudian hasil copy-nya digunakan untuk proses manipulasi fungsi, sedangkan nilai yang asli dibiarkan tidak berubah. Proses manipulasinya yaitu:
$value++;
$value = $value + 1
$value = 30 + 1
$value = 31

Untuk output,
echo $input;

Passing by value tidak merubah nilai variabel aslinya jika nilai argumen dalam fungsi berubah. Jadi outputnya adalah 30.



PASSING BY REFERENCE
Argumen fungsi yang dilewatkan secara pass by reference berarti membawa argumen asli ke dalam fungsi sehingga argumen asli tersebut akan ikut berubah dengan adanya proses pada fungsi terhadap argumen tersebut.
Untuk mengubah jadi passing by reference, kita hanya cukup menambahkan operator & pada argumennya.

Contoh kode passing by reference:

<!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.0 Transitional//EN">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml" xml:lang="en" lang="en">
<head>
<title>Fungsi Pass By Reference</title>
</head>
<body>
<p>Hasil Pengolahan Fungsi Pass By Reference</p>
function jumlah(&$nilai)
$nilai++;
}
$input=30;
jumlah($input);
echo $input;
?>
</body>
</html>


Simpan kode di atas dengan nama passbyref.php
Pada passing by reference, nilai yang diakses & dimanipulasi adalah nilai aslinya, dengan begitu hasil manipulasi fungsilah yang gunakan sebagai outputnya, yaitu 31.

Baca selengkapnya...

Simple Calculator in JavaScript

In this article I am giving a simple example to create the calculator in JavaScript. This calculator will only have the division, multiplication, addition, and subtraction operators

Example:


save as calculator.html

Output: Output of the above script is as follows:



Baca selengkapnya...

Creating Attractive Web using CSS and HTML

After we have made a web with CSS and HTML tags , now we will create an attractive web page using css file, such as the following example:


First, create the css file and save as my_style.css


Then create the html code and save as web_design.html


Baca selengkapnya...

Hakikat Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan - Red), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.



Dari pengertian tersebut bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu proses pendidikan.

Selanjutnya diuraikan bahwa dalam upaya membina tadi digunakan asas/pendekatan manusiawi/humanistik serta meliputi keseluruhan aspek/potensi anak didik serta utuh dan bulat (aspek fisik–non fisik : emosi–intelektual ; kognitif–afektif psikomotor), sedangkan pendekatan humanistik adalah pendekatan dimana anak didik dihargai sebagai insan manusia yang potensial, (mempunyai kemampuan kelebihan – kekurangannya dll), diperlukan dengan penuh kasih sayang – hangat – kekeluargaan – terbuka – objektif dan penuh kejujuran serta dalam suasana kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun juga.

Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas.
Baca selengkapnya...

Creating the Web Layout Design using CSS and HTML

Cascading style sheets (CSS) is a set of rules stating how the styles applied to HTML tags in the document. The recommendation outlines three types of CSS style:
Embedded: style properties placed in one block in the HTML document.
Inline style properties applied directly on each line or each HTML element.
Linked: style properties placed in berekstensi css file and linked to the HTML document.

In addition to reviewing the use of CSS, this section also emphasizes on creating designs using division. However, to produce design good web pages, using tables is not recommended and instead is to use division.

Now we will try to create an web layout design using CSS and HTML.

1. At the first time, create the css file. Type this code:



2. Save that file as my_style.css
3. And then create the HTML file. Type this code:


4. Save that file as layout.html
5. And your layout should be like this:


Baca selengkapnya...

Pendidikan Wirausaha Mandiri Dini

Wacana tentang memberikan pendidikan wirausaha mandiri sejak usia dini sudah lama didengungkan. Saat ini para orang tua semakin menyadari perlunya suatu usaha untuk menanamkan jiwa wirausaha pada anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya peminat Kidzania, yang merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak dalam format permainan tentang pekerjaan orang dewasa. Anak dapat merasakan secara langsung beragam jenis pekerjaan dan ternyata ini menjadi pengalaman yang luar biasa bagi mereka di tempat seperti ini.

Menurut Ir. H. Arsyad Ahmad, M.Pd (Pendidikan Anak Dini Usia: Panduan Praktis Bagi Ibu Dan Calon Ibu), langkah terkini di bidang pendidikan yang dapat diterapkan dalam mempersiapkan generasi memiliki daya saing yang tinggi dalam era globalisasi adalah pendidikan berorientasi kewirausahaan dan kecakapan hidup (life skill).

Pendidikan kewirausahaan sangat penting diterapkan sejak dini. Masih menurut Ir. H. Arsyad Ahmad, M.Pd , bahwa yang harus diserap itu adalah jiwa kewirausahaannya.
Pendidikan kewirausahaan itu sendiri adalah pendidikan yang mengarah pada kepribadian wirausahawan yang berlandaskan iman dan takwa. Nilai-nilai yang dibangun diantaranya kejujuran, kreativitas, keberanian, keuletan, kerja keras, dorongan untuk berprestasi tinggi, disiplin, kemandirian, dan orientasi masa depan.

Nilai-nilai ini dapat diterapkan kepada anak dalam bentuk pembiasaan dan pengalaman langsung. Tentu saja tak perlu terlalu berharap kepada taman-taman bermain seperti Kidzania saja. Jelas ini akan membutuhkan waktu khusus dan biaya yang tidak sedikit. Apalagi bagi mereka yang tinggal di daerah luar Jakarta.
Dengan sedikit kreativitas, pembelajaran di PAUD bisa diisi dengan permainan yang mengasah jiwa wirausaha dan life skill mereka. Tentunya dukungan dari semua pihak terutama sekolah dan orang tua sangat mempengaruhi kegiatan ini.

Orang tua juga harus memiliki kesadaran untuk tidak selalu memberikan fasilitas-fasilitas instan kepada anak karena dapat membuat mereka terbiasa memanfaatkan kemampuan orang tuanya.
Beberapa TK sudah melakukan kegiatan wirausaha mandiri ini dengan menyediakan fasilitas yang mendukungnya. Misalnya, seperti yang TK Tunas Krida Nusantara laksanakan. TK ini menyediakan waktu khusus bagi anak untuk memilih sendiri kegiatan atau pekerjaan yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, bebas memilih untuk bermain sebagai koki, pelayan restoran, kasir, pedagang, salon, dan dokter. Setiap anak memiliki tugas sendiri dalam permainan yang dipilihnya.

Sayangnya, kegiatan seperti ini biasanya hanya dilaksanakan oleh TK-TK yang terhitung besar dan mapan. Pada satuan PAUD yang bermodal "kecil", kegiatan seperti ini cenderung langka dan barang mewah.

Dengan anggapan seperti ini, kegiatan melatih kemampuan kognitif lebih ditonjolkan. Padahal tak ada yang tak mungkin jika ada kemauan dari semua pihak untuk mewujudkan kegiatan yang menyenangkan dan memberi manfaat bagi perkembangan jiwa anak.



Baca selengkapnya...

Creating The Table of Item Comparison Using Grouping Feature in HTML

In the HTML web programming, we can create the table of item comparison using the grouping feature. How:

1. Open a text editor and then type:


2. Save as comparison_table.html
3. Execution of the file so that it looks to be like this:

Baca selengkapnya...

Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL)

Pendahuluan
SKPL adalah spesifikasi dari suatu produk/program yang melakukan suatu fungsi tertentu pada lingkungan tertentu. SKPL dapat dibuat oleh wakil dari pengembang atau wakil dari pelanggan. Sebaiknya SKPL dibuat bersama-sama oleh pengembang dan pelanggan.

Dokumen SKPL berisi penjelasan pemakaian dan penulisan dokumen Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL) atau Software Requirement Specification (SRS).Untuk penamaan dokumen ini selanjutnya akan digunakan istilah SKPL. Pada dasarnya SKPL adalah suatu dokumen yang menyatakan kebutuhan perangkat lunak sebagai hasil dari proses analisis yang dilakukan dalam konteks pengembanganperangkat lunak.Dokumen ini digunakan untuk acuan dalam menulis SKPL. Akan diberikan jugabeberapa outline dari SKPL. Detil penjelasan outline SKPL untuk kedua orientasipengembangan perangkat lunak (berorientasi proses dan berorientasi objek) dijelaskanpada dokumen terpisah (Panduan GL01A dan Panduan GL01B).

Dokumen ini dibuat untuk membantu membuat spesifikasi perangkat lunak yang akan dikembangkan. Isi dari dokumen ini sebagian besar adalah terjemahan dari dokumen IEEE Std 830-1993.

Sifat dari SKPL
Penulis SKPL harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Fungsionalitas
Untuk apa suatu perangkat lunak dibuat.

2. Antar muka eksternal (External Interface)
Dengan apa perangkat lunak berinteraksi dengan pengguna, perangkat kerassistem, perangkat keras di luar sistem dan perangkat lunak lain.

3. PerformansiSejauh apa kecepatan, ketersediaan (availability), waktu tanggap (response time),waktu recovery dari berbagai fungsi perangkat lunak yang dibuat.

4. Atribut
Seberapa tingkat portabilitas, tingkat kebenaran (correctness), tingkatpemeliharaan (maintainability), dan tingkat keamanan yang ingin dicapai.

5. Batasan perancangan
Apakah diperlukan suatu standar, bahasa yang khusus, kebijaksanaan integritasbasisdata, batasan sumberdaya, lingkungan operasi, dan lain-lain yang membatasi pilihan-pilihan yang bisa digunakan atau keputusan-keputusan yang bisa diambilketika perancangan.

Penulis SKPL tidak sepatutnya menuliskan spesifikasi rancangan atau kebutuhanproyek secara keseluruhan dalam SKPL. Untuk itulah penulis SKPL sepatutnya dapatmembedakan hasil pekerjaan mana yang termasuk hasil analisis dan mana yangtermasuk hasil perancangan.

Lingkungan SKPL
Karena SKPL akan memainkan peranan penting dalam proses pengembangan perangkat lunak, penulis SKPL harus secara berhati-hati dalam memainkanperanannya (yang menuangkan hasil kerja pada suatu dokumen yang dijadikan dasar –baseline). Mengingat SKPL pada akhirnya akan menjadi dasar bagi kontrak antarapengembang dan pelanggan, maka suatu dokumen SKPL harus memenui syarat-syarat berikut:

1. Mendefinisikan kebutuhan perangkat lunak dengan benar. Kebutuhan perangkatlunak muncul karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan atau karena adakarakteristik khusus dari proyek.

2. Tidak menjelaskan rancangan atau implementasi dengan rinci. Penjelasan tersebuttidak diperlukan karena bagi pengguna hal tersebut lebih teknis dan tidak perlu.

3. Tidak memaksakan penambahan suatu batasan dari perangkat lunak

Karakterisitk SKPL
Karakterisitk SKPL yang baik adalah sebagai berikut:
1. Benar
2. Tidak ambigu
3. Lengkap
4. Konsisten
5. Terurut berdasarkan kepentingannya atau kestabilannya
6. Dapat diverifikasi
7. Dapat dimodifikasi
8. Dapat ditelusuri (traceable)


"Tugas Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak"
Berikut ini adalah salah satu template SKPL
download filenya di sini
  • gunakan file tersebut untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak
  • kerjakan secara berkelompok (4 orang)
  • waktu pengerjaan 3 minggu
*Untuk materi mengenai "Analysis Modeling" download di sini
Baca selengkapnya...

Static Bar Graph Creation by Utilizing The Elements of Table in HTML

The table is very important in web design. Because by using the tags table you can create web pages "divided" on several columns or rows. Examples such as the web page you are reading this.


There are three main elements of tag, or used in the manufacture table: <table>, <TR>, and <td>. To remember is that the tab and <td> <TR> must lie between <table> tag and </ table>

<table>
Consists of attributes:
  • align - alignment: the left (left), middle (center) or right (right).
  • bgcolor - background color (background) from the table.
  • border - table border width (in pixels).
  • cellpadding - the distance between cell contents with the cell boundary (in pixels).
  • cellspacing - the distance between cell (in pixels).
  • width - the size of table in pixels or percent.

Example:
<table Align="center" bgcolor="#0000FF" border="2" cellpadding="5" cellspacing="2" width="90%">

<TR>
This tag is used to create a new line (the table). Consists of attributes:
  • align - alignment: the left (left), middle (center) or right (right).
  • bgcolor - background color of the line.
  • valign - vertical alignment: top, middle or bottom.
Example:
Bgcolor="#0000FF" align="right" <tr valign=top>

<td>
This tag is used to create a new column in the table.
  • align - alignment
  • background - image is used as the background of the column.
  • bgcolor - background color
  • colspan - see picture examples
  • height - the size of cell height in pixels.
  • nowrap - made so that the contents of the column remains on one line.
  • rowspan - see picture examples
  • valign - vertical alignment: top, middle or bottom.
  • width - the size of the column in pixels or percen.
And now, we will learn to create a static bar graph creation by utilizing elements of the table. It was not as difficult as imagined.

Like this:












This is the code:
<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Transitional//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtd">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8" />
<title&gt Static Bar Graph Creation</title>
</head>
<body>
<span style=" ">Static Bar Graph Creation</span><br />
<br />
<table width="614" height="215" cellspacing="0">
<tr>
<td colspan="7" style="border-top:#000000 solid;border-bottom:#000000 solid;"><b>Perusahaan</td>
<td colspan="4" style="border-top:#000000 solid;border-bottom:#000000 solid;"><b>Pendapatan</td>
</tr>
<tr>
<td height="21" colspan="10">&nbsp;</td>
<td>&nbsp;</td>
</tr>
<tr>
<td width="199">Polytron Technologies, Inc</td>
<td colspan="6"></td>
<td colspan="3" bgcolor="#006600" style="border-right:#000000 solid;border-bottom:#000000 solid;border-top:#000000 solid;"></td>
<td width="50">+100%</td>
</tr>
<tr>
<td>Hitachi, Ltd.</td>
<td colspan="6"></td>
<td width="65" bgcolor="#006600" style="border-right:#000000 solid;border-bottom:#000000 solid;"></td>
<td colspan="3">+55%</td>
</tr>
<tr>
<td>SANYO Electric Co., Ltd</td>
<td colspan="3"></td>
<td width="35">-23%</td>
<td colspan="2" bgcolor="#FFFF00" style="border-left:#000000 solid;border-top:#000000 solid;"></td>
<td colspan="4"></td>
</tr>
<tr>
<td> Miyako Technology Co, Ltd</td>
<td width="39">&nbsp;</td>
<td width="73">-150%</td>
<td colspan="4" bgcolor="#FF0000" style="border-left:#000000 solid;border-bottom:#000000 solid;border-top:#000000 solid;"></td>
<td colspan="4"></td>
</tr>
<tr>
<td height="25" colspan="11" style="border-bottom:#000000 solid;">&nbsp;</td>
</tr>
</table>
</body>
</html>



Baca selengkapnya...

Enam Tahap dalam Percintaan

Hubungan percintaan, tentu saja tidak terjadi dengan sendirinya. Selalu ada awal dan akhir. Apakah itu akan berakhir dalam pernikahan atau tidak, sangat tergantung oleh masing-masing pasangan.

Sesungguhnya, dalam percintaan ada tujuh tahapan yang dilewati. Jika kamu beruntung, cukup enam tahapan saja yang dinikmati. Tapi kalau kurang beruntung, ya terpaksa tujuh tahapan itu kamu lewati.

Setiap pasangan pasti mengalami masa-masa sulit dalam melewati tahapan-tahapan tersebut. Dan penyebab terbanyak adalah perselingkuhan.

Tahapan-tahapan apa saja yang dilewati dalam menjalin asmara? Simak penjelasan yang ini:

1. Tahap kegembiraan
Masa ini disebut juga masa ngegombal. Iyalah, ketika asmara berada di puncaknya, si dia menjadi orang yang paling luar biasa. Segalanya nampak indah dan hebat. Jangan bicara logika di sini karena itu tak ada gunanya.

Makanya jangan heran kalau banyak syair cinta yang tidak masuk akal. Langkah pertama ini biasanya berlangsung secara tidak sengaja. Ada yang bertemu di kampus, kantor atau tempat-tempat umum lainnya.

2. Tahap mengkhayal
Kalau pasangan sudah mulai dekat, biasanya mulai masuk ke masa ini. Mereka akan sibuk berandai-andai. Misalnya, seandainya menikah, punya anak, dsb. Dalam tahap ini, sisi buruk pasangan biasanya belum terlihat. Masing-masing berusaha menunjukkan bagian terbaik dari dirinya.

Yang fatal, orang juga cenderung meremehkan sikap negatif pasangannya. Mereka yakin bahwa pasangan akan berubah jika bersamanya. Karena segala sesuatunya kelihatan bagus, pasangan cenderung mendustai diri sendiri.

Banyak kepura-puraan dilakukan hanya agar terlihat hebat di depan si dia. Nah, dusta dan khayalan inilah yang nantinya kerap membuat pasangan bubar di tengah jalan.

3. Tahap penemuan
Tapi yang namanya sikap pura-pura, toh ada batasnya. Tak semua orang sanggup terus bersandiwara. Alhasil, carut-marut pribadi si dia mulai kelihatan. Sisi-sisi negatif si dia, mulai jadi ganjalan. Apalagi kalau pihak luar ikut campur.

Misalnya dengan membocorkan sifat si dia yang sesungguhnya. Kritik tak sedap dari teman dan keluarga juga mulai mempengaruhi. Kamu didorong untuk melihat kekasih dengan mata yang jernih.

Kalau masing-masing pasangan tidak berusaha untuk bertoleransi, menekan ego, mustahil rasanya hubungan bisa berlanjut.

Pasangan yang mau saling mengerti, biasanya dapat menyelesaikan masalah tanpa harus merusak hubungan yang telah terjalin. Di tahap ini pula, kesempatan untuk mengubah pasangan terbuka lebar.

4. Tahap kekecewaan

Tiba-tiba kok si dia berubah. Itu hal biasa yang kita ungkapkan jika sedang kecewa pada kekasih. Tapi itu sebetulnya perubahan itu bukan pada pasangan, melainkan perspektif kamu. Dulu kamu melihat larangannya untuk ini-itu sebagai tanda sayang. Tapi kini, kamu menganggap hal tersebut merupakan kekangan.

Tahap ini menjadi pemicu instrospeksi diri. Mencoba untuk menerima bahwa sikap itu merupakan suatu kewajaran. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun sebagian pasangan yang telanjur kecewa, ada pula yang memutuskan menamatkan hubungannya.

5. Tahap kompromi
Ini biasanya untuk hubungan yang semi serius. Saling menyesuaikan diri satu sama lain, menerima perbedaan yang ada serta kesediaan untuk memaafkan.

Dalam tahap ini pasangan dituntut untuk saling percaya dan meyakini bahwa tiap masalah pasti ada jalan keluarnya, jika mau bersama. Capek memang, tapi ini bayarannya jika ingin bahagia bersama si dia.

6. Tahap bersatu

Wah, ini yang ditunggu-tunggu. Pernikahan, pertunangan atau hidup bersama merupakan salah satu diantaranya. Di tahap ini, pasangan biasanya sudah saling percaya. Betapapun buruknya nasib yang menimpa, kamu dan pasangan tidak akan terguncang. Semua itu malahan makin merekatkan hubungan.
Baca selengkapnya...

Perlukah Anak-anak Mendapat Hukuman Fisik?

Melihat anak berbuat salah, orang tua ataupun guru sering tak kuasa untuk tidak memberikan hukuman badan pada si anak.
Padahal, hukuman fisik itu belum tentu perlu. Sebab, hukuman macam ini justru sering berdampak buruk. Ada cara lain yang lebih baik dan patut dianut.
Kita masih ingat, pada tahun 1960-an atau 1970-an, masih banyak orang tua yang menghukum anak dengan sabetan gagang kemucing atau sapu, hanya gara-gara anak memecahkan piring murahan, tidak mau disuruh ke warung atau mengerjakan PR. Atau kalau di sekolah, ada guru yang menghukum anak push up sampai pucat pasi lantaran terlambat datang. Pikir mereka, si anak bakal jera melakukan kesalahan yang sama.
Kini, hukuman badan justru sering digugat efektivitasnya oleh kalangan orang tua, para pendidik, maupun psikolog. Hukuman badan ada kalanya memang berdampak positif. Namun, terbuka pula peluang untuk melahirkan dampak negatif.
Secara filosofis, orang tua merasa bertanggung jawab untuk mendisiplinkan dan menghukum anak demi kebaikan si anak sekarang dan kelak. Bahkan, secara tradisional pun, hukuman badan telah diterima sebagai salah satu metode sangat efektif untuk mengendalikan dan mendisiplinkan anak. Hal ini didukung oleh masyarakat yang percaya bahwa hukuman badan penting untuk mencegah degradasi moral, baik dalam kalangan rumah tangga maupun masyarakat.
Di sekolah, hukuman badan masih sering digunakan. Banyak guru atau para pendidik berpendapat, ketakutan murid pada hukuman fisik akan menambah kekuatan atau kewibawaan guru. Dengan demikian sang murid akan lebih mudah dikendalikan. Namun, ini bukanlah satu-satunya cara untuk mengendalikan murid atau anak. Ada banyak metode yang bisa dipilih untuk menumbuhkan kepatuhan atau kedisiplinan. Namun, jika semua metode tersebut sudah tidak mempan, hukuman badan bisa dijadikan jalan terakhir untuk menumbuhkan kepatuhan.
Bisa berakibat buruk

* Terhadap hukuman yang diterima, si anak bakal memberikan reaksi aktif atau pasif.
Reaksi aktif dapat dilihat saat hukuman berlangsung. Umpamanya, berteriak, mengentak-entakkan kaki, dll. Sedangkan reaksi pasif pada umumnya tidak ditunjukkan di depan orang tuanya. Contohnya, menyalurkan kemarahan kepada adiknya atau pembantu rumah tangganya.
Sebenarnya secara psikologis, manusia mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk berbuat baik atau buruk. Hukuman badan mungkin akan mendukung perbaikan perilaku buruk mereka. Jika digunakan secara tepat, hukuman badan akan menjadi cara paling tepat untuk menurunkan atau mengurangi kelakuan yang tidak bisa diterima.
Contohnya, acap kali orang tua memberikan hukuman badan bila anak tidak mau melakukan aktivitas tertentu macam membuat PR atau melakukan latihan-latihan lain. Dalam kasus ini, hukuman badan dapat merusak keinginan atau motivasi anak untuk mengerjakan aktivitas tersebut. Sehingga aktivitas berikutnya dilakukan karena paksaan atau rasa takut, bukan karena keinginannya sendiri, dan dilaksanakan semata-mata hanya untuk menghindari hukuman. Pekerjaan yang demikian akan dirasakan anak tidak nikmat.
Hukuman fisik, menurut Neil A.S. Summerheil asal AS dalam bukunya A Radical Approach to Children Rearing, merupakan suatu usaha untuk memaksakan kehendak. Walaupun tujuan utamanya untuk menegakkan disiplin anak, tindakan ini dapat berakibat sebaliknya. Anak menjadi frustrasi. Selanjutnya, anak hanya merespons pada tujuan hukuman itu sendiri. Banyak anak merasa bahwa menerima hukuman badan tidak terhindarkan, sehingga mereka menjadi resisten (kebal) terhadap hukuman tersebut. Hukuman badan tidak membuat mereka melaksanakan suatu aktivitas dengan baik. Sebaliknya, anak akan cenderung membiarkan dirinya dihukum daripada melakukannya.
James Dobson asal Illinois, AS, dalam bukunya Dare to Dicipline menekankan, hukuman badan tidak akan mencegah atau menghentikan anak melakukan tindakan yang salah. Ganjaran fisik ini justru bisa berakibat buruk. Bahkan, dapat mendorong anak untuk meneruskan dan meningkatkan tingkah lakunya yang salah. Riset ahli lain, Leonard D. Eron, menunjukkan hukuman fisik dikhawatirkan malah mendorong anak untuk bertingkah laku agresif.
Celakanya, orang tua sering kali malah bereaksi terhadap agresivitas ini dengan menggunakan cara yang salah, misalnya dengan meningkatkan intensitas serta frekuensi hukuman badan. Tidak heran kalau anak kemudian malah meniru tingkah laku agresif orang tua atau orang dewasa yang menghukumnya. Di sini secara tidak sadar orang tua telah mengajarkan anak untuk berperilaku agresif.
Gunakan hukuman variatif

* Hukuman badan secara fisiologis dan psikologis memiliki dampak jangka pendek dan panjang.
Efek fisik jangka pendek misalnya luka memar, bengkak, dll. Sedangkan dampak fisik jangka panjang misalnya cacat seumur hidup. Efek psikologis jangka pendek, misalnya merasa marah, sakit hati, jengkel untuk sementara waktu. Dampak ini tentu lebih ringan dibandingkan dengan efek psikologis jangka panjang, seperti merasa dendam yang mungkin sampai bertahun-tahun.
Bahkan, Philip Greven dalam bukunya Spare the Child: The Religious Roots of Punishment and the Psychological Impact of Physical Abuse menyatakan, efek psikis jangka panjang itu termasuk disasosiasi bermacam bentuk seperti represi atau amnesia, pikiran terbelah serta kekurangpekaan perasaan.
Hukuman yang muncul karena orang tua khawatir kehilangan kewibawaan, bukan upaya untuk menunjukkan kasih sayang atau melatih anak agar disiplin pada aturan, akan menimbulkan reaksi negatif. Menurut Neil, anak akan merasa hukuman sebagai lambang kebencian orang tua kepada mereka. "Tidak heran kalau kemudian anak bereaksi negatif," tegasnya.
Arnold Buss seorang psikolog dalam bukunya Man in Perspective mengingatkan, bila hukuman diberikan terlalu sering dan anak merasakan hal ini tidak dapat dihindarkan, anak akan membentuk rasa ketidakberdayaan (sense of helplesness). Anak tidak belajar apa pun dari hukuman tersebut, tetapi cenderung menerimanya tanpa merasa bersalah. Konsekuensinya, menurut ahli dari Kanada ini, hukuman tidak mempunyai arti apa-apa bagi mereka. Rasa tidak berdaya ini dapat dikurangi dengan menggunakan hukuman yang variatif, tidak monoton.
Kondisi bertambah parah apabila anak mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya sendiri sehingga anak tidak dapat memisahkan antara perilaku dengan kepribadian mereka yang sebenarnya. Mereka lalu menganggap dirinya memang bukan anak yang baik, tidak lagi memandang bahwa kelakuan mereka yang salah. Akibatnya, anak akan merasa rendah diri. Bila rasa tidak berdaya terhadap rasa rendah diri ini terbentuk, maka anak akan terus memandang diri mereka sebagai anak yang tidak baik. Akibatnya, mereka akan terus berperilaku buruk. Mereka pikir memang begitulah orang lain memandang dirinya. Dalam kasus ini kemungkinan untuk memperbaiki keadaan itu sangat sulit.

Tanpa hukuman badan
Menurut Debby Campbell, seorang pendidik asal Ottawa, Kanada, dalam bukunya About Dicipline and Punishment, efektivitas hukuman badan lebih tergantung pada metodenya ketimbang frekuensinya.
Setiap kali menerima hukuman, memang anak akan jera untuk melakukan kesalahan yang sama. Namun setelah menerima hukuman, pada umumnya anak akan berusaha menarik perhatian orang tuanya untuk memperlihatkan penyesalan mereka atas perbuatan buruknya. Setelah situasi emosional berakhir, sering kali anak ingin berada dalam pelukan orang tuanya.
"Saat ini orang tua harus menyambut dengan pelukan hangat, penuh kasih sayang. Di sini pembicaraan dari hati ke hati antara anak dan orang tua perlu dilakukan," tambah Dobson. Di sinilah hukuman berdampak positif karena dapat meningkatkan perasaan cinta kasih antara anak dan orang tua.
Sebenarnya ada berbagai cara untuk mendidik anak agar mereka menaati suatu aturan atau melaksanakan suatu aktivitas. Tidak perlu harus dengan hukuman badan. Sekali lagi, hukuman badan harus dipandang sebagai jalan terakhir.
Jalan terbaik antara lain dengan memberikan teladan yang baik. Dengan demikian si anak akan mempelajari tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka perbuat. Metode non-hukuman badan bentuk lain adalah metode time out dengan mengisolasi si anak dalam ruangan kurang nyaman baginya selama beberapa menit. Atau, anak diminta mengerjakan sesuatu yang kurang menyenangkan baginya, misalnya membersihkan kamar mandi, menyapu, dilarang menonton TV seharian, dll. Namun hendaknya anak diberi peringatan sebelum hukuman dilaksanakan.
Jika hukuman badan tidak dapat dihindarkan, A.M. Cooke dalam bukunya Family Medical Guide memberikan beberapa saran hukuman badan seperti apa yang patut dilakukan:
  • Memukul anak dengan menggunakan telapak tangan terbuka pada pantat, kaki, atau tangan.
  • Hukuman diberikan cukup satu kali sehari.
  • Jangan memberikan hukuman badan pada anak yang berusia kurang dari 1 tahun.
  • Sedapat mungkin hindari hukuman pada saat orang tua sedang pada puncak emosi.
  • Hukuman diberikan singkat dan sungguh-sungguh, segera setelah kesalahan dilakukan.

Baca selengkapnya...

Bahaya Kata “Jangan” Bagi Perkembangan Pola Pikir Anak

Sampai seseorang berumur 18 tahun, menurut seorang ahli perilaku di Amerika, orang umumnya telah mendengar kata “JANGAN” sebanyak lebih dari 148.000 kali. Jumlah ini adalah sebuah jumlah yang sangat fenomenal.
Kata “JANGAN” yang dimaksudkan untuk sebuah larangan, umumnya didapat seseorang dari orang-orang terdekat termasuk orang tua, guru, atau orang-orang lain yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Sangat mudah diduga bahwa orang tua, pada saat melarang anaknya dengan mengucapkan kata “JANGAN” (misalnya jangan nonton TV terlalu dekat) umumnya bermaksud baik. Dengan mengucapkan ”JANGAN” orang tua bermaksud mencegah terjadinya kecelakaan, mencegah kerugian, menghindarkan dari masalah, menjaga kesopanan, menjaga ketenangan, ataupun bisa juga dalam rangka memaksakan kehendak.
Yang menarik adalah pada saat orang tua mengucapkan kata “JANGAN”, umumnya secara tidak langsung anak akan bertanya di dalam hatinya “Kenapa tidak boleh?” ”Kenapa dilarang?”dan jawabannya (kalau orang tuanya mau menjawab) pasti adalah sebuah argumentasi yang bernuansa negatif. Misalnya orang tua berucap:
”Jangan main di jalanan!”. Kenapa ?, karena berbahaya banyak mobil.
“Jangan main api !. Kenapa? Karena bisa terbakar rumah kita
“Jangan berisik dan berteriak-teriak ! Kenapa? Karena mengganggu orang tidur
“Jangan main hujan!, Kenapa? Karena bisa sakit dan besok nggak sekolah
“Jangan nonton TV dekat-dekat!”
Kenapa ? Nanti matanya bisa rusak Berbahaya, terbakar, mengganggu, sakit, dan rusak adalah argumentasi yang bernuansa negatif, bernuansa masalah, kesalahan, dan kekhawatiran. Meski maksud dari larangan itu untuk sebuah kebaikan, tetapi yang menempel di dalam benak anak-anak adalah justru sisi “yang dilarang” dan argumentasi negatifnya. Silahkan simak kata-kata saya: “Jangan bayangkan ada seekor gajah yang sedang duduk dan berbikini pink!” Bagaimana? Meski saya sudah melarang, anda pasti tetap membayangkan seekor gajah sedang duduk dengan bikini warna pink, dan setelah itu anda pasti bertanya bertanya (dalam hati)“kenapa tidak boleh?”. Dan jawaban saya ? pasti sebuah argumen yang negatif. Akibatnya ? anda akan terbawa ke dalam pemikiran negatif.
Setiap kali sebuah larangan diucapkan maka setiapkali itu pulalah orang tua secara tidak disengaja menguatkan persepsi untuk melihat sesuatu dari sudutpandang negatif, kesalahan, kekhawatiran dan masalah. Bisa dibayangkan, apabila seseorang dibesarkan dengan lebih dari 148.000 kali kata “JANGAN”, maka berarti minimal sudah ada 148.000 “program” yang bernuansa negatif, depresing, kesalahan dan salah serta kekhawatiran yang ditanamkan ke otak seseorang. Setiap kata “JANGAN” dengan demikian akan selalu berasosiasi dengan hal yang negatif, salah, menekan, masalah, dan kekhawatiran.
Orang tua (dan juga mungkin guru, atau orang-orang terdekat lainnya), secara tidak sengaja telah membiasakan anak-anak mereka sejak kecil (bahkan mungkin sejak anak berumur sekitar 1 tahun) untuk berfokus dan selalu memikirkan hal-hal yang negatif, hal-hal yang salah, dan hal-hal yang mengkhawatirkan. Seseorang yang sejak kecil hingga menjelang dewasa selalu dibiasakan untuk melihat hal-hal yang bernuansa negatif, selanjutnya akan tumbuh menjadi orang yang “sulit untuk mencari kebaikan” dan hal-hal yang positif.
Sebuah program dengan nama file always_negative.exe telah di install (secara tidak sengaja) oleh orang-orang terdekat kita sejak kecil, utamanya orang tua kita. Setiap kali sebuah larangan baru muncul maka program always_negative.exe semakin diperkuat dan di up date dengan versi yang lebih baru dan lebih canggih. Efek dari adanya program ini adalah, begitu ada sesuatu yang muncul dihadapan kita, mungkin itu sebuah kejadian, atau bisa itu berupa barang, atau seseorang, atau ide seseorang, maka program always_negatif.exe langsung terpicu dan di excecute. Akibatnya sangat nyata dan anda bisa lihat di sekeliling anda (bahkan pada diri anda sendiri juga), bahwa setiap hal, informasi, kejadian, situasi, umumnya selalu dilihat, dipikir dan dirasakan dari sudut yang negatif. Misalkan,
“Usul anda bagus, tapi.....”
“Apa sih hanya ide segitu saja udah dipamer-pamerin...”
“Apa hebatnya inisiatif itu, punyaku lebih canggih lihat nih”
Begitu sering kita berkomentar secara negatif tentang hasil kerja orang ataupun ide orang lain. Karena kita terbiasa memikirkan hal-hal yang negatif, maka kita jadi terbiasa untuk mencari kesalahan, mencari kelemahan dan mencari bolong-bolong dalam setiap hal yang kita temui. Selain keampuhan kata “JANGAN”, program always_negative.exe juga diperkuat dengan beberapa kebiasaan kita yang nampaknya tidak terlalu “mengancam”, misalnya baca koran, baca tabloid, menonton berita dan film di TV dan bergosip dengan teman sejawat.. Beberapa penulis buku bahkan telah mendokumentasikan bahwa lebih dari 70% informasi yang diberitakan (baik secara cetak maupun elektronik) merupakan informasi yang bernuansa negatif. Silahkan anda iseng-iseng melakukan kuantifikasi dari berita pada koran yang anda baca hari ini, ataupun berita di TV, maka akan nampak bahwa demikian banyaknya berita yang negatif (masalah, kesalahan, kemarahan, kejengkelan, perilaku negatif, dsb) dibandingkan dengan hal-hal yang positif (bahkan sering berita yang paling negatif justru dipasang dengan huruf besar dan tebal sebagai headline-nya).
Bisa dibayangkan kalau seseorang dibesarkan dengan budaya “Jangan ini, Jangan itu” dan orang yang sama mempunyai hobi baca koran (pada pagi hari, yang artinya memulai hari dengan banyak berita negatif), maka tidak heran apabila program always_negative.exe yang ada di dalam pikirannya akan selalu siap untuk di jalankan setiap saat. Apapun yang muncul di depan matanya akan selalu “dilihat” dengan kacamata negatif. “Apa kurangnya? Apa jeleknya ? Mungkin sebagian dari anda akan memprotes, kita memang harus melihat kekurangan ataupun kesalahan, supaya bisa memperbaikinya,dan supaya bisa berjaga-jaga, dan menghindari kesalahan. Betul, tetapi apabila kita terlalu sering berkonsentrasi pada kekurangan, kesalahan, masalah dan ketidaklengkapan, maka kita akan menjadi terbiasa dan menjadi ahli dibidang kekurangan, masalah, dan ketidaklengkapan itu. Keahlian-keahlian itu akan membuat kita menjadi seorang yang piawai untuk menghindari masalah “avoider”) ataupun memperbaiki kerusakan (“repairer”) alias tukang reparasi”.
Apabila kita berkonsentrasi pada kerusakan lingkungan, kita akan menjadi ahli tentang kerusakan, tetapi kita tidak akan pernah menjadi ahli tentang membangun lingkungan yang berkelanjutan (silahkan tanyakan kepada teman Anda yang ahli tentang polusi, dunia seperti apa yang dia inginkan dan dia ingin hidup di dalamnya? Saya jamin anda akan kaget karena jawabannya sering tidak spesifik dan sedetail kalau kita tanya dia tentang polusi).
Kita mungkin ahli tentang penyakit, tetapi bukan ahli tentang kehidupan yang sehat dan menyenangkan. Kita mungkin ahli tentang kemiskinan, tapi bukan ahli tentang kekayaan. Kenapa begitu? Karena adalah terlalu berat untuk menjadi ahli di kedua kutub. Seorang ahli kenteng magic, jelas akan kesulitan untuk mendesign sebuah mobil dengan karakter aerodinamis, berwarna menarik, dan design futuristik. Seorang ahli meramu obat akan membutuhkan waktu lama, apabila diminta untuk merancang dengan detil makanan yang sehat dan menarik untuk disantap (sehingga orang tidak sakit dan tidak perlu makan obat). Bagaimana cara menghindari kata ” Jangan ” ? Biasakanlah mencari kata pengganti dari kata Jangan misalnya : ”Jangan menonton TV dekat-dekat ! Diganti menjadi : Nonton TV-nya agak jauhan nak ! ”Jangan main di Jalanan”. diganti : Mainnya di halaman saja nak !

PLID Project Consultant

Baca selengkapnya...

Alunan Sebuah Lagu

Saat dunia tanpa nada
Senyumku akan hadir
Ku mencari dimanakah
Tempat curahkan isi hati

Kumainkan semua lagu
Kutulis perasaanku
Kunyanyikan semua
Dengan sepenuh hati

Kau ajarkan sebuah lagu
Telah merubah hatiku
Membuatku kini dapat tersenyum
Kembali

Alunan sebuah nada
Nada yang mampu memberi
Sayap tuk terbang jauh
Tinggalkan sedihku

Alunan sebuah lagu
Terimakasih untukmu
Telah ada dan menjaga hatiku
Selalu..
Baca selengkapnya...

Make Frame Design in HTML


Frames allow a browser window is divided into the windows smaller. Each window displays a different HTML file. Frames first appeared in Netscape Navigator 2.0 browser, but frames have now become the standard HTML 4.0 which has been standardized by the W3C (World Wide Web Consortium). Excess frames is to allow part of a page does not move when the section was in another window go to the bottom / top. This is useful when we do scroll, but we still want to display a part, such as advertising, menu and sidebar.
With frames, you can display more than one HTML document in the same browser window. Each HTML document is called a frame, and each frame is independent of the others. HTML frames allow authors to present documents in multiple views, which may be independent windows or subwindows. Multiple views offer designers a way to keep certain information visible, while other views are scrolled or replaced. For example, within the same window, one frame might display a static banner, a second a navigation menu, and a third the main document that can be scrolled through or replaced by navigating in the second frame.

A web page is divided into frames, are placed together in a frameset. A frameset page also has a header, but not like a typical HTML document that has body, frameset no tags only have tags used to define rows and columns of each frames.
To create a frame, we must first create a new type a frameset. For more details, try typing the following code and save it with the name frames1.html

<html>
<head>
<title>HTML Frame1</title>
</head>
<body>
Frame1
</body>
</html>


Now write the following code and save it with the name frames2.html:

<html>
<head>
<title>HTML Frame2</title>
</head>
<body>
Frame2
</body>
</html>


Now we must create a frameset page to display frames1.html and frames2.html. Write the following code and save it with the name main.html:

<html>
<head>
<title>Main frame</title>
</head> <frameset cols="20%,80%">
<frame src="frames1.html" name="sidebar">
<frame src="frames2.html" name="main">
</frameset>
</html>


Run main.html and will look something like this:



The contents of the HTML document 2 is frames1.html and frames2.html displayed in 1 pages in all frames. The contents of the frames on the left is actually a normal HTML file which is the right frames1.html and the contents of frames2.html.
If we want to make frames like this:



We must replace main.html code be like this:

<html>
<head>
<title>Main frame</title>
</head>
<frameset rows="20%,80%">
<frame src="frames1.html" name="sidebar">
<frame src="frames2.html" name="main">
</frameset>
</html>


Now if we want to make frames like this:


You must make html file for frame1.html, frame2.html, frame3.html, frame4.html and frame5.html
Then write the following code and save it with the name desainFrame.html

<html>
<head>
<title>Design Frame</title>
</head>
<frameset rows= "20%, 60%, 20%">
<frame src="frame1.html" name="frame1" id="top" />
<frameset cols="20%,60%,20%">

<!—frame frame2-->
<frame src="frame2.html" name="frame2" id="left" />

<!—frame3 -->
<frame src="frame3.html" name="frame3"id="mid" />

<!-frame4>
<frame src="frame4l" name="frame4" id="kanan" />

</frameset>
<frame src="frame5.html" name="frame5" id="bottom" />

<!-- if browser doesn't support with frame -->
<noframes>
Browser Tidak Support Frame
</noframe>
</frameset>
</html>

Baca selengkapnya...