Sampai seseorang berumur 18 tahun, menurut seorang ahli perilaku di Amerika, orang umumnya telah mendengar kata “JANGAN” sebanyak lebih dari 148.000 kali. Jumlah ini adalah sebuah jumlah yang sangat fenomenal.
Kata “JANGAN” yang dimaksudkan untuk sebuah larangan, umumnya didapat seseorang dari orang-orang terdekat termasuk orang tua, guru, atau orang-orang lain yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Sangat mudah diduga bahwa orang tua, pada saat melarang anaknya dengan mengucapkan kata “JANGAN” (misalnya jangan nonton TV terlalu dekat) umumnya bermaksud baik. Dengan mengucapkan ”JANGAN” orang tua bermaksud mencegah terjadinya kecelakaan, mencegah kerugian, menghindarkan dari masalah, menjaga kesopanan, menjaga ketenangan, ataupun bisa juga dalam rangka memaksakan kehendak.
Yang menarik adalah pada saat orang tua mengucapkan kata “JANGAN”, umumnya secara tidak langsung anak akan bertanya di dalam hatinya “Kenapa tidak boleh?” ”Kenapa dilarang?”dan jawabannya (kalau orang tuanya mau menjawab) pasti adalah sebuah argumentasi yang bernuansa negatif. Misalnya orang tua berucap:
”Jangan main di jalanan!”. Kenapa ?, karena berbahaya banyak mobil.
“Jangan main api !. Kenapa? Karena bisa terbakar rumah kita
“Jangan berisik dan berteriak-teriak ! Kenapa? Karena mengganggu orang tidur
“Jangan main hujan!, Kenapa? Karena bisa sakit dan besok nggak sekolah
“Jangan nonton TV dekat-dekat!”
Kenapa ? Nanti matanya bisa rusak Berbahaya, terbakar, mengganggu, sakit, dan rusak adalah argumentasi yang bernuansa negatif, bernuansa masalah, kesalahan, dan kekhawatiran. Meski maksud dari larangan itu untuk sebuah kebaikan, tetapi yang menempel di dalam benak anak-anak adalah justru sisi “yang dilarang” dan argumentasi negatifnya. Silahkan simak kata-kata saya: “Jangan bayangkan ada seekor gajah yang sedang duduk dan berbikini pink!” Bagaimana? Meski saya sudah melarang, anda pasti tetap membayangkan seekor gajah sedang duduk dengan bikini warna pink, dan setelah itu anda pasti bertanya bertanya (dalam hati)“kenapa tidak boleh?”. Dan jawaban saya ? pasti sebuah argumen yang negatif. Akibatnya ? anda akan terbawa ke dalam pemikiran negatif.
Setiap kali sebuah larangan diucapkan maka setiapkali itu pulalah orang tua secara tidak disengaja menguatkan persepsi untuk melihat sesuatu dari sudutpandang negatif, kesalahan, kekhawatiran dan masalah. Bisa dibayangkan, apabila seseorang dibesarkan dengan lebih dari 148.000 kali kata “JANGAN”, maka berarti minimal sudah ada 148.000 “program” yang bernuansa negatif, depresing, kesalahan dan salah serta kekhawatiran yang ditanamkan ke otak seseorang. Setiap kata “JANGAN” dengan demikian akan selalu berasosiasi dengan hal yang negatif, salah, menekan, masalah, dan kekhawatiran.
Orang tua (dan juga mungkin guru, atau orang-orang terdekat lainnya), secara tidak sengaja telah membiasakan anak-anak mereka sejak kecil (bahkan mungkin sejak anak berumur sekitar 1 tahun) untuk berfokus dan selalu memikirkan hal-hal yang negatif, hal-hal yang salah, dan hal-hal yang mengkhawatirkan. Seseorang yang sejak kecil hingga menjelang dewasa selalu dibiasakan untuk melihat hal-hal yang bernuansa negatif, selanjutnya akan tumbuh menjadi orang yang “sulit untuk mencari kebaikan” dan hal-hal yang positif.
Sebuah program dengan nama file always_negative.exe telah di install (secara tidak sengaja) oleh orang-orang terdekat kita sejak kecil, utamanya orang tua kita. Setiap kali sebuah larangan baru muncul maka program always_negative.exe semakin diperkuat dan di up date dengan versi yang lebih baru dan lebih canggih. Efek dari adanya program ini adalah, begitu ada sesuatu yang muncul dihadapan kita, mungkin itu sebuah kejadian, atau bisa itu berupa barang, atau seseorang, atau ide seseorang, maka program always_negatif.exe langsung terpicu dan di excecute. Akibatnya sangat nyata dan anda bisa lihat di sekeliling anda (bahkan pada diri anda sendiri juga), bahwa setiap hal, informasi, kejadian, situasi, umumnya selalu dilihat, dipikir dan dirasakan dari sudut yang negatif. Misalkan,
“Usul anda bagus, tapi.....”
“Apa sih hanya ide segitu saja udah dipamer-pamerin...”
“Apa hebatnya inisiatif itu, punyaku lebih canggih lihat nih”
Begitu sering kita berkomentar secara negatif tentang hasil kerja orang ataupun ide orang lain. Karena kita terbiasa memikirkan hal-hal yang negatif, maka kita jadi terbiasa untuk mencari kesalahan, mencari kelemahan dan mencari bolong-bolong dalam setiap hal yang kita temui. Selain keampuhan kata “JANGAN”, program always_negative.exe juga diperkuat dengan beberapa kebiasaan kita yang nampaknya tidak terlalu “mengancam”, misalnya baca koran, baca tabloid, menonton berita dan film di TV dan bergosip dengan teman sejawat.. Beberapa penulis buku bahkan telah mendokumentasikan bahwa lebih dari 70% informasi yang diberitakan (baik secara cetak maupun elektronik) merupakan informasi yang bernuansa negatif. Silahkan anda iseng-iseng melakukan kuantifikasi dari berita pada koran yang anda baca hari ini, ataupun berita di TV, maka akan nampak bahwa demikian banyaknya berita yang negatif (masalah, kesalahan, kemarahan, kejengkelan, perilaku negatif, dsb) dibandingkan dengan hal-hal yang positif (bahkan sering berita yang paling negatif justru dipasang dengan huruf besar dan tebal sebagai headline-nya).
Bisa dibayangkan kalau seseorang dibesarkan dengan budaya “Jangan ini, Jangan itu” dan orang yang sama mempunyai hobi baca koran (pada pagi hari, yang artinya memulai hari dengan banyak berita negatif), maka tidak heran apabila program always_negative.exe yang ada di dalam pikirannya akan selalu siap untuk di jalankan setiap saat. Apapun yang muncul di depan matanya akan selalu “dilihat” dengan kacamata negatif. “Apa kurangnya? Apa jeleknya ? Mungkin sebagian dari anda akan memprotes, kita memang harus melihat kekurangan ataupun kesalahan, supaya bisa memperbaikinya,dan supaya bisa berjaga-jaga, dan menghindari kesalahan. Betul, tetapi apabila kita terlalu sering berkonsentrasi pada kekurangan, kesalahan, masalah dan ketidaklengkapan, maka kita akan menjadi terbiasa dan menjadi ahli dibidang kekurangan, masalah, dan ketidaklengkapan itu. Keahlian-keahlian itu akan membuat kita menjadi seorang yang piawai untuk menghindari masalah “avoider”) ataupun memperbaiki kerusakan (“repairer”) alias tukang reparasi”.
Apabila kita berkonsentrasi pada kerusakan lingkungan, kita akan menjadi ahli tentang kerusakan, tetapi kita tidak akan pernah menjadi ahli tentang membangun lingkungan yang berkelanjutan (silahkan tanyakan kepada teman Anda yang ahli tentang polusi, dunia seperti apa yang dia inginkan dan dia ingin hidup di dalamnya? Saya jamin anda akan kaget karena jawabannya sering tidak spesifik dan sedetail kalau kita tanya dia tentang polusi).
Kita mungkin ahli tentang penyakit, tetapi bukan ahli tentang kehidupan yang sehat dan menyenangkan. Kita mungkin ahli tentang kemiskinan, tapi bukan ahli tentang kekayaan. Kenapa begitu? Karena adalah terlalu berat untuk menjadi ahli di kedua kutub. Seorang ahli kenteng magic, jelas akan kesulitan untuk mendesign sebuah mobil dengan karakter aerodinamis, berwarna menarik, dan design futuristik. Seorang ahli meramu obat akan membutuhkan waktu lama, apabila diminta untuk merancang dengan detil makanan yang sehat dan menarik untuk disantap (sehingga orang tidak sakit dan tidak perlu makan obat). Bagaimana cara menghindari kata ” Jangan ” ? Biasakanlah mencari kata pengganti dari kata Jangan misalnya : ”Jangan menonton TV dekat-dekat ! Diganti menjadi : Nonton TV-nya agak jauhan nak ! ”Jangan main di Jalanan”. diganti : Mainnya di halaman saja nak !
PLID Project Consultant